Wahyu Terakhir Rasulullah SAW

Saat Rasulullah SAW merasa bahwa ajalnya hampir
menjelang, beliau menyuruh Bilal bin Rabah untuk
mengumandangkan azan. Maka, berkumpullah para
Muhajirin dan Ansar di Masjid Nabawi. Kemudian
Rasulullah menunaikan salat dua  rakaat bersama semua
yang hadir.

Setelah selesai, beliau bangun dan naik ke atas mimbar
lalu berkata, “Alhamdulillah, wahai para Muslimin,
sesungguhnya aku adalah seorang nabi yang diutus untuk
mengajak orang kepada jalan Allah. Aku ini adalah
sebagai saudara kandung kamu, yang kasih dan sayang
pada kamu semua seperti seorang ayah. Oleh itu karena
itu, siapa yang mempunyai hak untuk dituntut, maka
hendaklah dia bangun dan memberitahu aku sebelum aku
dituntut di hari kiamat.”

Rasulullah berkata demikian sebanyak tiga kali.
Kemudian, bangun seorang lelaki yang bernama ‘Ukasyah
Bin Muhshan’ dan berkata,” Demi ayah dan ibuku, ya,
Rasulullah, karena anda mengumumkan kepada kami
berkali- kali, maka saya ingin mengemukakan satu hal.
Sesungguhnya, dalam perang Badar, aku bersamamu, ya
Rasulullah, pada masa itu aku mengikuti unta Anda dari
belakang, setelah dekat aku pun turun menghampiri anda
dengan tujuan supaya dapat mencium kaki anda, tetapi
anda telah mengambil tongkat dan memukul unta anda
supaya berjalan cepat, ketika itu, tulang rusukku
terpukul pula olehmu. Karena itu, aku ingin tahu,
apakah engkau sengaja memukulku atau tidak memukulku?”

Rasulullah berkata, “Wahai Ukasyah, aku sengaja
memukul kamu.”

Kemudian Rasulullah berkata kepada Bilal r.a., “Wahai
Bilal, kamu pergi ke rumah Fatimah dan ambilkan
tongkatku, lalu bawa kemari. ”

Bilal yang mendapat perintah dari Rasulullah SAW
langsung keluar dari masjid menuju rumah Fatimah
sambil meletakkan tangannya di atas kepala karena tahu
apa yang hendak dilakukan Rasulullah, “Rupanya
Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk di
qishash.”

Setelah Bilal sampai di rumah Fatimah, Bilal pun
mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Dari dalam
rumah, terdengar suara Fatimah menjawab salam Bilal,
dan bertanya, “Siapakah di pintu?”

“Aku Bilal, aku diperintahkan Rasulullah untuk
mengambil tongkatnya.”

“Wahai Bilal, untuk apa ayahku meminta tongkatnya?”
“Rasulullah telah menyediakan dirinya untuk di
qishash.”

“Siapakah manusia yang sampai hatinya mengqishash
Rasulullah?”

Bilal tidak menjawab pertanyaan Fatimah. Fatimah pun
tidak bertanya lebih lanjut, ia menyerahkan tongkat
tersebut kepada Bilal untuk kemudian diserahkan kepada
Rasulullah.

Rasulullah SAW menerima tongkat tersebut dari Bilal,
lalu beliau menyerahkannya kepada Ukasyah.

Melihat gelagat qishash akan dimulai, Abu Bakar  dan
Umar tampil ke hadapan sambil berkata, “Wahai Ukasyah,
janganlah kamu mengqishash baginda Rasulullah, tetapi
qishashlah kami berdua sebagai gantinya!”

Namun, Rasulullah segera berkata, “Wahai Abu Bakar dan
Umar, duduklah kamu! Sesungguhnya Allah SWT telah
menetapkan tempat untuk kamu berdua.”

Ali ra. yang sedari tadi ikut menyaksikan peristiwa
tersebut, bangkit dari duduknya seraya berteriak
dengan suara lantang, “Hai Ukasyah! Aku adalah orang
yang sentiasa berada di samping Rasulullah SAW. Karena
itu, pukullah aku dan janganlah kamu mengqishash
Rasulullah.”

Rasulullah pun berkata, “Wahai Ali, duduklah kamu.
Sesungguhnya Allah telah menetapkan tempatmu dan
mengetahui isi hatimu.”

Setelah itu, Hasan dan Husin yang saat itu masih
berumur anak-anak tidak mau ketinggalan. Mereka berdua
pun ingin membela kakek tersayangnya, “Wahai Ukasyah,
apakah kamu tidak tahu bahwa kami ini adalah cucu
Rasulullah. Kalau kamu mengqishash kami maka sama
dengan kamu mengqishash Rasulullah.”

Mendengar kata-kata cucunya tersebut Rasulullah pun
berkata, “Aduhai buah hatiku, duduklah kamu berdua.”

Kemudian kepada Ukasyah Rasulullah berkata, “Wahai
Ukasyah, pukullah aku kalau kamu hendak memukul.”

“Ya, Rasulullah. Engkau telah memukulku sewaktu aku
tidak memakai baju.”

Maka Rasulullah pun membuka bajunya. Ketika Rasulullah
membuka baju, semua yang hadir menangis karena tidak
tega melihat junjungannya begitu pasrah dan ikhlah
menyerahkan diri untuk dipukul.

Lain halnya dengan Ukasyah, begitu melihat Rasulullah
melepaskan bajunya, ia pun berlari menubruk tubuh
Rasulullah dan menciumnya dengan meneteskan air mata
di pundak Rasulullah SAW sambil berkata, “Wahai
junjunganku, akan kutebus jiwa engkau dengan jiwaku.
Siapakah yang sanggup memukul engkau. Aku melakukan
begini karena aku ingin sekali menyentuh dan mencium
badan yang jiwanya dimuliakan Allah SWT dengan badan
yang hina ini, mudah-mudahan Allah akan menjagaku dari
api neraka dengan jiwa sucimu! ”

Kemudian Rasulullah SAW berkata kepada semua orang
yang hadir saat itu, “Dengarlah kamu sekalian,
sekiranya kamu hendak melihat ahli surga, inilah
orangnya.”

Kemudian semua para jemaah bersalaman atas kegembiraan
mereka terhadap peristiwa yang sangat genting itu.

Setelah itu para jamaah berkata, “Wahai Ukasyah,
inilah keuntungan yang paling besar bagimu. Engkau
telah memperoleh derajat yang tinggi dan bertemankan
Rasulullah SAW di dalam surga.”

Categories: Religi | Leave a comment

Post navigation

Leave a comment

Blog at WordPress.com.